Thursday, 31 October 2013

Virus SARS Dibawa Daripada Kelawar Yang Berasal Dari China



Para penyelidik, termasuk dari Australia , menyatakan virus SARS ( Severe Acute Respiratory Syndrome ) yang menewaskan 774 orang di China dan Hong Kong pada 2002-2003 dipastikan berasal dari kelawar jenis kasut kuda dari China. Meski saat ini telah berjaya dikendalikan, virus tersebut masih mengancam jiwa 10 peratus daripada penduduk yang dijangkiti.


Penegasan tersebut terungkap dalam penerbitan di jurnal Nature yang dikeluarkan minggu ini . Para penyelidik, termasuk saintis dari lembaga ilmu pengetahuan Australia CSIRO di Geelong mencari kaitan sangat erat virus SARS pada sampel kotoran dari kelawar jenis kasut kuda.

Penyelidik Gary Crameri mengatakan, pasukan saintis sudah lama mengesyaki kelawar sebagai sumber virus SARS . Dia mengatakan, kemungkinan kelawar itu sudah menjalin hubungan yang produktif dengan virus SARS selama bertahun -tahun. "Tetapi apabila mereka menularkannya kepada manusia , kesannya luar biasa," katanya.

Crameri mengatakan , fokus penyelidikan yang diterbitkan itu adalah mencari sumber virus SARS dan virus- virus sama lain. " Bukan pada mencari vaksin, " ujar dia. Crameri mengatakan, pada umumnya kelawar dengan virus SARS tidak menimbulkan risiko kepada manusia tetapi ia menganjurkan agar berhati - hati pada waktu menyentuhnya.

SARS kini sudah berjaya dikendalikan, tetapi Middle East Respiratory Syndrome ( MERS ) yang ditimbulkan oleh coronavirus lain saat ini menjadi masalah lain yang butuh pengendalian. Crameri menduga virus MERS , yang juga seolah-olah berasal dari sejenis kelawar , menjangkiti sel manusia melalui reseptor yang berbeza dan tidak semenular SARS . Meski tak semenular SAR , MERS menelan korban dengan peratusan yang lebih besar pada penduduk yang dijangkiti.

Kelawar adalah binatang kuno dari jutaan tahun lalu , kata Crameri , yang kemungkinan menyebabkan binatang ini membawa sejumlah besar patogen yang tidak berpengaruh pada diri mereka sendiri. " Kelawar dan virus sudah bertumbuh bersama- sama," katanya.

Para pakar menyambut baik penyelidikan baru ini. "Sebelum ini, belum ada yang dapat mencari coronavirus SARS pada kelawar ," kata Sanjaya Senanayake dari Australian National University. Profesor Charles Watson dari Curtin University mengatakan, wabak MERS baru- baru ini mengingatkan kita bahawa coronavirus berpotensi menyebabkan wabak besar pada manusia.

Sumber: Kompas.com

0 Comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

blogger templates | Make Money Online