Meski bukan termasuk makanan sehat, sebagian orang masih sulit untuk
melepaskan kebiasaan makan mi instan. Namun sebenarnya asal tidak
terlalu sering dikonsumsi, mi instan bisa disantap dengan lebih sehat.
"Mi itu paling banyak terdiri dari karbohidrat, sehingga itu saja
tidak cukup, harus dilengkapi dengan bahan pangan lainnya," papar Endang
saat diwawancarai setelah acara Nutritalk bertajuk "Seribu Hari yang
Menentukan Masa Depan Bangsa" di Yogyakarta, Sabtu (30/8/2014).
Penambahan bahan pangan yang dimaksud adalah protein yang berasal
dari daging ayam, daging sapi, atau ikan (hewani), dan tempe tahu
(nabati). Selain itu mi instan juga perlu dimasak dengan sayur untuk
menambah kadar vitamin dan mineralnya.
Mi instan mungkin tidak hanya terdiri dari karbohidrat, tetapi juga
bahan-bahan lain yang menambah nilai gizinya. Namun itu saja biasanya
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi, sehingga itulah pentingnya
penambahan bahan makanan.
Meski bisa membuat sajian mi instan menjadi lebih sehat, namun Endang
menekankan pada pentingnya pembatasan konsumsinya. "Kalau terus menerus
ya jadi tidak sehat. Bahan pengawet dan garam pada mi instan kan
banyak, sehingga lebih baik pilih yang alami," saran dia.
Ia tidak merinci frekuensi konsumsi mi instan yang dikatakan sering.
Namun sejumlah penelitian mengungkap, tiga kali makan mi instan dalam
seminggu sudah terlalu banyak sehingga sebaiknya setiap orang
mengonsumsi lebih jarang dari itu.
Sumber: Kompas.com
0 Comments:
Post a Comment